2/16/2016

Resensi Film Spotlight (2015)


Tahun 2001, editor-in-chief baru di kantor berita The Boston Globe, Marty Baron (Liev Schreiber), tertarik dengan kolom mengenai seorang kardinal yang dituduh mengetahui pencabulan yang dilakukan pastor Geoghan. Baron meminta Walter “Robby” Robinson (Michael Keaton), ketua tim investigasi Spotlight yang memiliki spesialisasi dalam penulisan artikel investigasi tingkat tinggi untuk mengusut kasus itu. Robby dan anggotanya, Michael Rezendes (Mark Ruffalo), Sacha Pfeiffer (Rachel McAdams), dan Matt Carroll (Brian d’Arcy James) berusaha melakukan investigasi. Mereka mendekati berbagai individu seperti pengacara Mitchell Garabidien (Stanley Tucci), psikoterapis Richard Sipe (Richard Jenkins), dan anggota jaringan korban pelecehan pastor Phil Saviano (Neal Huff). Ternyata kasus tersebut memunculkan banyak fakta mengejutkan.

Pelecehan seksual seolah sudah menjadi masalah yang sangat umum. Institusi pendidikan, kesehatan, lingkungan masyarakat hingga lembaga keagamaan hampir setiap hari mengisi pemberitaan media massa lewat kasus pelecehan seksual. Jumlah pelaku juga tidak kunjung turun, malah mengalami kenaikan. Investigasi tim Spotlight berfokus pada problematika di atas. Wawancara, analisa dokumen dan arsip, sampai pengamatan melalui berita-berita masa lampau bermuara pada satu tujuan. Tom McCarthy sebagai sutradara dapat mengajak penonton memahami perjuangan para kuli tinta. Penolakan wawancara karena pengaruh dari keluarga atau kerabat, waktu yang semakin singkat, konfrontasi antar wartawan, dan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab digambarkan dengan sangat brilian.


Akting para pemeran patut diapresiasi. Karakter mereka yang berbeda satu sama lain namun tetap terlihat padu berhasil memukau penonton. Penghargaan Screen Actors Guild Awards untuk seluruh aktor dan aktris yang terlibat dalam Spotlight pantas mereka raih. Karakter Michael Rezendes yang diperankan Mark Ruffalo cukup mencuri perhatian. Sebagai jurnalis ambisius dengan emosi yang kadang meledak-ledak, Ruffalo dapat mencerminkan watak tersebut melalui ekspresi wajah dan gestur tubuh. Rachel McAdams juga tak ketinggalan menampilkan salah satu performa terbaiknya sepanjang karir sang aktris.

Spotlight meninggalkan tanda tanya besar untuk penonton. Bagaimana cara menghentikan segala kejahatan seksual yang kini seakan tak pernah putus? Saya tak bisa menjawabnya. Saya bukan ahli kesehatan atau seksolog macam Boyke yang agak keperempuan-perempuanan itu. Saya juga bukan Ryan Thamrin yang tampil di program kesehatan salah satu televisi swasta tiap pekan dan kini membintangi iklan air mineral yang konon rasanya manis, semanis sirup Maridjan rasa stroberi. Saya hanya seorang jomlo yang tidak keperempuan-perempuanan (baca: ngondek) dan tidak pula tampan. Saya juga bukan bintang iklan air mineral manis atau iklan sirup Maridjan.



Semoga kasus pencabulan bisa ditekan semaksimal mungkin, dan semoga para pelaku pencabulan dihukum seberat mungkin. Karena saya percaya, seburuk-buruknya orang yang tidak cabul, masih lebih buruk orang yang cabul.


Share: 

0 komentar:

Posting Komentar