Delapan orang terjebak dalam satu ruangan ketika badai
salju. Semuanya sama-sama mencurigai satu sama lain. Tidak ada yang bisa
dipercaya kecuali diri sendiri. Suasana mencekam. Itu adalah sebagian dari
cerita film kedelapan karya Quentin Tarantino. The Hateful Eight, judul film tersebut, mengambil latar waktu pasca
perang sipil di Amerika Serikat atau akhir 1800-an. Belum ada wi-fi, belum ada ponsel pintar, belum
ada aplikasi chatting dan orang yang
terjebak saat badai salju tidak bisa memesan taksi Uber atau ojek online.
John Ruth (Kurt Russel), seorang bounty hunter, membawa tahanan wanita, Daisy Domergue (Jennifer
Jason Leigh) dalam kereta kuda yang dikusiri oleh O.B. (James Parks). Di tengah
perjalanan, mereka bertemu bounty hunter
kulit hitam. Marquis Warren (Samuel L. Jackson), nama sang bounty hunter kulit hitam, meminta tumpangan ke Red Rock, kota yang
juga tujuan dari John Ruth. Tidak lama setelah Warren naik ke dalam kereta,
Chris Mannix (Walton Goggins), sheriff baru
Red Rock, mencegat kereta tersebut dan memohon untuk ikut menumpang karena
badai salju yang semakin kencang. Mereka beristirahat sejenak sambil menunggu
badai salju reda di sebuah rumah kecil milik Minnie dan Sweet Dave, namun sang
pemilik sedang tidak ada. Ternyata rumah kecil itu sudah terisi oleh empat
orang lainnya, Bob (Demian Bichir) yang mengaku sebagai pengurus rumah sejak
pemiliknya pergi, Oswaldo Mobray (Tim Roth), Sanford Smithers (Bruce Dern),
seorang jendral perang sipil, dan Joe Gage (Michael Madsen). Mereka semua
terjebak dalam rumah kecil nan reyot dan saling curiga terhadap satu sama lain.
Seperti biasa, Quentin Tarantino memberi sentuhan khas pada
setiap film-filmnya, tak terkecuali The
Hateful Eight. Dialog-dialog panjang dengan bumbu sarkasme dan komedi
gelap, darah bercucuran, perempuan aneh, dan Samuel L. Jackson. Di samping
dialog-dialog tanpa henti bak tukang kredit panci menawarkan dagangan, terselip
adegan-adegan komedi gelap namun cerdas. Salah satu adegan yang membuat saya
tertawa terbahak-bahak adalah adegan Daisy Domergue memperagakan ucapan John
Ruth. Selain itu, percakapan Warren tentang semur sangat membekas dalam ingatan.
Satu jam pertama The
Hateful Eight tidak terlalu memberikan ketegangan. Beberapa bagian terasa
kosong tanpa ada kesan tegang atau lucu. Hanya adegan-adegan yang dibuat untuk
mendukung cerita namun kurang memberikan emosi pada penonton. Bagi Anda yang
tidak terbiasa dengan film seperti itu, saya sarankan Anda minum kopi hitam
satu gelas atau minum dua termos air hangat agar tidak cepat mengantuk. Kalau
Anda menontonnya di luar ruangan, sediakan obat nyamuk sebanyak mungkin. Jika
sakit berlanjut, hubungi dokter.
Jennifer Jason Leigh memang pantas dinominasikan sebagai
aktris pendukung terbaik pada Oscar 2016. Perannya sebagai perempuan nakal
dapat menghadirkan emosi tersendiri dan mampu membuat The Hateful Eight semakin menarik. Saya sendiri sangat suka melihat perempuan
nakal dengan muka berantakan. Wajah babak belur Jennifer terlihat sangat
realistis. Greg Nicotero dari serial The
Walking Dead dan Howard Berger berhasil menjalankan tugas mereka di bidang special make-up effect. Scoring Ennio Morricone dan
sinematografi dari Robert Richardson menambah keindahan lewat alunan musik
merdu dan panorama pegunungan bersalju. Bukan film terbaik dari Tarantino, tapi
sangat layak untuk ditonton.
0 komentar:
Posting Komentar