1/25/2016

Resensi Film Sicario (2015)



 Apa persamaan dari Angelina Jolie, Jennifer Lawrence, dan Emily Blunt? Ketiganya cantik dan sangat tangguh ketika berperan sebagai perempuan bersenjata. Siapapun laki-laki yang berhadapan dengan mereka, pasti akan merasa jatuh cinta pada ketangguhan ketiga bidadari Hollywood itu. Saya bahkan berharap bisa selalu melihat mereka menenteng senjata. Apalagi jika ada yang menyelipkan buku nikah di balik senjatanya dan terdapat foto saya berdampingan dengan salah satu dari ketiganya. Saya rasa angan-angan saya terlalu tinggi.

Sicario menjadi ajang pembuktian keperkasaan Emily Blunt. Berperan sebagai Kate Macer, agen FBI yang ditugaskan untuk membantu Matt Graver (Josh Brolin), menangkap pembunuh bayaran kartel narkoba Meksiko, Manuel Diaz. Dalam keberangkatan, Kate bertemu Alejandro Gillick (Benicio Del Toro), pria dingin rekan kerja Matt. Selama perjalanan dan penugasannya bersama Matt dan Alejandro, Kate menemukan banyak kejanggalan.


Jika Anda sudah menonton Prisoners (2013), yang sama-sama disutradarai Dennis Villeneuve,  alur Sicario mirip dengan film tersebut. Villeneuve membangun misteri sejak menit pertama. Karakter Kate, Matt, dan Alejandro punya daya tarik masing-masing yang membuat kemisteriusan dalam film terus terjaga sampai akhir. Sinematografi karya Roger Deakins mampu mempertebal kesan misterius dan sedikit mencekam. Awan kelabu di balik jasad-jasad manusia, kegelapan malam Kota Juarez, anak-anak bermain bola diiringi suara tembakan dan ledakan, masih banyak pemandangan-pemandangan indah sekaligus menegangkan yang mengajak penonton ikut masuk dalam kelamnya perbatasan Meksiko.

Narkoba sangat merusak moral bangsa. Karena narkoba, Andhika Kangen Band mendekam di jeruji besi, karena narkoba, selebriti pria digerebek bersama Wanda Hamidah,  narkoba juga menjadi penyebab terjadinya pemecatan massal pilot dan pramugari pesawat. Betapa rusaknya Indonesia karena narkoba. Patut diapresiasi rencana kepala BNN menempatkan buaya unuk menjaga lapas narkotika. Kalau bisa, tidak hanya buaya saja yang ditangkar di depan lapas, Harimau Sumatera, Badak Jawa, Jalak Bali, Gajah Sumatera, dan hewan-hewan lainnya perlu diberi tempat di kompleks lapas, sehingga lapas bisa mengelola suaka margasatwa secara independen. Bicara soal narkoba, Sicario menyelipkan pesan anti narkoba dengan tersirat tapi tetap mengena.


Pada beberapa bagian, tempo film terasa cukup lambat. Lambatnya tempo dapat dibayar dengan tuntas lewat karakter yang dibangun dengan matang dan terjaganya plot tanpa distraksi dari subplot yang mengganggu. Sinematografi Roger Deakins dan scoring Jóhann Jóhannsson sukses menyatu dan memperindah setiap momen. Nominasi Oscar 2016 memang pantas diraih keduanya.


Saya berharap, semoga buaya-buaya yang segera ditempatkan sebagai penjaga lapas narkotika bisa menjalankan tugasnya dengan baik tanpa ada gangguan pihak-pihak lain yang mencoba menyuap mereka dengan uang, makanan, atau obat-obatan terlarang, dan semoga Emily Blunt mendapat lebih banyak kesempatan bermain di film laga agar saya bisa terus menyaksikan sosok keren dan cantiknya.

Share: 

1 komentar:

  1. Hi salam kenal,
    Trims sblmnya sdh mampir di blog saya. Saya sdh pasang linknya jg di blog.

    Satu harapan besar saya ttg Sicario di Oscar 2016 ini smoga bs menang Cinematography. Secara Roger Deakins kali ini makin briliant dgn arahan cinematographynya :)

    BalasHapus