Alejandro Gonzales Inarritu memang bukan sutradara film
populer dengan pendapatan sangat tinggi seperti J.J. Abrams, James Wan, Steven
Spielberg, atau nama-nama beken lainnya. Namun, karya-karyanya tidak kalah
bagus dengan tiga sutradara tadi. Ibarat keripik pedas, karya Inarritu adalah
keripik pedas level 125, jika dimakan, saya yakin Anda butuh sepuluh tablet
obat diare. Birdman dan Biutiful merupakan dua contoh karya
Inarritu yang sangat baik secara kualitas. Bagaimana dengan The Revenant, karya terbaru Inarritu?
Dengan latar waktu di tahun 1823, Hugh Glass (Leonardo
DiCaprio) adalah salah satu anggota dari kelompok berburu pimpinan Andrew Henry
(Domhnall Gleeson). Nahas, suku Indian Arikara meyerang kelompok tersebut dan
hanya sebagian kecil yang dapat bertahan. Di tengah perjuangan mereka dalam
kondisi dingin yang ekstrim, seekor beruang grizzly menerkam, menggigit, dan
mencakar Hugh Glass. Untung saja, beruang itu tidak membawa peralatan masak.
Jika saja si beruang membawa peralatan masak, pasti Glass sudah menjadi sate
atau gule.
Glass terluka parah, bahkan hampir mati. Saking parahnya,
John Fitzgerald (Tom Hardy), salah satu pemburu, menyarankan Henry untuk
membunuh Glass. Namun usulan tersebut ditolak oleh Henry. Dalam keadaan genting
dan semakin buruknya cuaca, Henry memutuskan untuk meneruskan perjalanan dan
menawarkan beberapa orang anggotanya untuk menemani Glass dengan sejumlah
bayaran. Hawk (Forrest Goodluck) putra Glass, dan Jim Bridger (Will Poulter)
menerima tawaran tersebut dengan sukarela. Karena pengalaman keduanya yang
masih sangat minim, Fitzgerald dengan berat hati ikut membantu mereka menjaga
Glass. Apa daya, karena niat yang tidak tulus, Fitzgerald membunuh Hawk dan memaksa
Jim Bridger untuk pergi meninggalkan Glass di tengah hutan penuh salju.
Sinopsis di atas merupakan salah satu sinopsis paling
panjang yang pernah saya tulis karena durasi film yang begitu panjang, sekitar
156 menit. Terpaksa saya berkali-kali menekan tombol pause dan melakukan kegiatan lain seperti menyapu, memasak, cuci
piring, cuci pakaian, mencukur bulu ketiak, mencukur kumis, mencukur kumis yang
ada di ketiak, dan aktifitas lainnya. Total saya menghabiskan waktu empat jam
lebih untuk melakukan itu semua.
Dengan durasi teramat panjang, Inarritu berhasil menghibur
penonton lewat pemandangan-pemandangan indah hutan bersalju. Selain keindahan
hutan, suasana mencekam juga benar-benar terasa lewat akting Leonardo DiCaprio
dan adegan-adegan bertahan hidup yang menegangkan sekaligus menyedihkan.
Langkah gontainya, suara rintahannya, nafas beratnya, dan tatapan mata khas
orang masuk angin memberikan nilai plus pada akting DiCaprio.
Inarritu juga cukup detail menggambarkan sosok Hugh Glass
yang teguh pendirian dan pantang menyerah. Tak jarang Glass terpaksa berjalan
cukup jauh pada suhu dingin yang sangat menyulitkan. Emosi Glass juga
ditampilkan dengan epik lewat ekspresi dan pergerakan tubuh DiCaprio. Saya bisa
merasakan dendam Glass yang begitu dalam meskipun saya tidak pernah kehilangan
anak dan ditinggal dalam hutan penuh salju seperti Glass. Dendam terdalam saya
adalah dendam kepada teman-teman sekolah saya yang suka menyembunyikan sepatu
saya di tong sampah. Ada pula dendam kecil terhadap para perempuan yang dulu
sering mengabaikan saya karena wajah saya masih di bawah standar.
0 komentar:
Posting Komentar