12/02/2015

Resensi Film The Gift (2015)


Pertama kali melihat poster filmnya, saya kira film ini dibintangi oleh Luis Suarez, penggawa Barcelona dengan gigitan khasnya itu. Raut mukanya, mata tajamnya, cambang tebalnya, anting kiri khas terong-terongannya. Semua begitu mirip dengan Suarez. Namun, dugaan saya salah. Orang dalam poster film dan sedang memegang kado itu tak lain adalah Joel Edgerton. Sutradara, penulis skenario, sekaligus pemeran dalam film yang dirilis ketika saya masih jomblo itu.

Kehidupan pasangan Simon (Jason Bateman) dan Robyn Callum (Rebecca Hall) sedang dalam masa transisi ke lingkungan baru. Persis seperti PSSI yang sedang dalam masa transisi tanpa solusi jelas. Ketika mereka berdua sedang berbelanja, seorang pria bernama Gordon Moseley (Joel Edgerton), mendekati Simon dan mengaku sebagai teman SMA nya. Setelah pertemuan tersebut, Gordo-sapaan akrab Gordon Moseley-datang ke rumah Simon, makan malam bersama dia dan istrinya, datang ke rumah tanpa diundang, persis seperti jaelangkung. Bahkan mengirimkan hadiah, salah satunya ikan koi beserta makanannya. Jika saja Simon bukan orang kaya dengan rumah yang cukup mewah, mungkin Gordo akan mengirim ikan cupang untuk simon, ikan sapu-sapu, atau bahkan kecebong.


Kebaikan Gordo dengan hadiah-hadiahnya membuat Simon merasa tak nyaman. Namun Robyn, sang istri, menganggap perasaan Simon sebagai sesuatu yang berlebihan, sama berlebihnya dengan lemak pada tubuh orang obesitas. Inilah yang membuat The Gift terasa menegangkan. Kecurigaan, rasa tidak nyaman, galau, dan was-was yang menghinggapi diri pasangan itu bak kecoak terbang yang tiba-tiba hinggap di kepala. Begitu menakutkan dan membuat perasaan tidak nyaman. Joel Edgerton sebagai sutradara cukup berhasil membawa perasaan tidak enak pada kedua karakter suami-istri itu dan membuat penonton mengikuti alur cerita hingga adegan terakhir.

Karakter Gordo dengan segala kebaikannya memang terlihat sangat mencurigakan dan sukses menanamkan ketegangan pada pikiran penonton. Gordo memang terlihat seperti lelaki kikuk dengan sejuta misteri, sama seperti pengemudi Lamborghini dengan satu korban jiwa yang ternyata juga menyimpan sejuta misteri dalam kehidupannya.



Kelebihan lain film ini adalah kritik sosial dan pesan moral yang begitu kuat. Salah satunya pesan tentang pertanggungjawaban pada segala yang terjadi di masa lalu. Seperti salah satu quote yang diucapkan Gordo, “See, You’re done with the past, but the past is not done with you.” Karena apapun yang terjadi pada masa lampau, pasti manusia harus bertanggung jawab. Contohnya, ketika Anda mengupil, lalu dengan sengaja membuang upil Anda sekaligus menyia-nyiakan upil tersebut, bisa jadi upil yang Anda sia-siakan itu akan membalas perbuatan Anda. Salah satunya dengan bertransformasi menjadi upil terbang dan hinggap di kepala Anda.

Share: 

0 komentar:

Posting Komentar