11/27/2015

Resensi Film Gett: The Trial of Viviane Amsalem (2014)


Saya baru tahu Israel bisa memproduksi film berkualitas. Selama ini yang saya tahu dari Israel hanya zionisme, kejahatan kemanusiaan, dan Gal Gadot


Berkisah tentang perjuangan Viviane Amsalem (Ronit Elkabetz), seorang perempuan di usia kepala empat yang sudah dikaruniai banyak anak namun tidak bahagia dengan pernikahannya dan sedang dalam proses perceraiannya dengan Elisha Amsalem (Simon Abkarian). Dalam proses perceraian itu, sang suami tidak menghendaki terjadinya perceraian. Dia juga sosok suami yang tidak melakukan KDRT (Krisdayanti dan Raul Termos). Tidak berjudi, tidak berselingkuh dengan perempuan lain, laki-laki lain, atau cabe-cabean. Tidak pernah pula dilaporkan ke MKD. Akan tetapi sang istri tetap ngotot bercerai hingga dihadirkan berbagai saksi dengan berbagai karakter berbeda dan memakan waktu bertahun-tahun lamanya.

Jika Anda sangat menyukai film dengan ledakan, efek CGI, ketegangan penuh tembak-menembak, putus-memutus, PHP-memPHP,  atau aksi yang intens, Anda tidak akan mendapatkannya dalam film ini. Anda hanya akan melihat ruang sidang dan ruang tunggu sidang sepanjang film. Tidak ada latar tempat lainnya. Tidak ada rumah, sungai, bahkan toilet pun tidak ditunjukkan. Mungkin mereka buang air di balik meja persidangan. Di samping latar tempat yang hanya berkutat pada dua ruangan tersebut, saya yakin Anda dapat tertarik dengan film ini.


Pertama, karena cerita yang digali dengan penuh kedalaman. Perceraian mungkin biasa bagi banyak orang Indonesia dan sudah jamak terjadi. Bercerai kini semudah membeli pulsa. Saya khawatir, di masa mendatang, orang yang mengurus perceraian di Indonesia tidak datang ke pengadilan agama, tapi ke konter HP. Dalam film ini, proses perceraian di Israel dijabarkan dengan gamblang. Selain itu, perjuangan seorang perempuan Israel untuk mendapat status janda juga sangat berat, sama beratnya dengan mengangkat upil yang dikumpulkan selama satu abad. dan hal tersebut dipaparkan dengan indah sepanjang 115 menit durasi film. Salah satu pemaparan yang paling indah menurut saya adalah tatapan mata Elisha Amsalem ketika memandang istrinya dengan tatapan mengancam.  Akting Simon Abkarian sebagai Elisha berhasil membuat saya kesal, sama kesalnya ketika saya selesai buang hajat lalu menyiram hajat saya namun hajat saya tak segera masuk dan tersangkut di lubang pembuangan.


Kedua, karena dengan karakter dengan sifat yang berbeda-beda membuat film ini unik dan melekat di hati. Salah satu karakter yang paling saya ingat adalah seorang istri bernama Dona Abecassis yang takut dengan suaminya namun berusaha menyembunyikannya. Masih banyak karakter lain yang akan membuat Anda mengikuti film ini hingga akhir.

Saya yakin, bagi para figur publik yang hobi kawin-cerai pasti akan merasa sangat bersyukur setelah menonton film ini. Karena mereka bisa bercerai semudah membeli pulsa. Sedangkan kaum perempuan di Israel masih kesusahan mengurus perceraiannya sendiri. Sesusah menggadaikan pulsa untuk membeli pulsa baru.



Share: 

0 komentar:

Posting Komentar