Saya baru tahu Israel bisa memproduksi film berkualitas.
Selama ini yang saya tahu dari Israel hanya zionisme, kejahatan kemanusiaan,
dan Gal Gadot
Berkisah tentang perjuangan Viviane Amsalem (Ronit
Elkabetz), seorang perempuan di usia kepala empat yang sudah dikaruniai banyak
anak namun tidak bahagia dengan pernikahannya dan sedang dalam proses
perceraiannya dengan Elisha Amsalem (Simon Abkarian). Dalam proses perceraian
itu, sang suami tidak menghendaki terjadinya perceraian. Dia juga sosok suami
yang tidak melakukan KDRT (Krisdayanti dan Raul Termos). Tidak berjudi, tidak berselingkuh
dengan perempuan lain, laki-laki lain, atau cabe-cabean. Tidak pernah pula
dilaporkan ke MKD. Akan tetapi sang istri tetap ngotot bercerai hingga
dihadirkan berbagai saksi dengan berbagai karakter berbeda dan memakan waktu
bertahun-tahun lamanya.
Jika Anda sangat menyukai film dengan ledakan, efek CGI,
ketegangan penuh tembak-menembak, putus-memutus, PHP-memPHP, atau aksi yang intens, Anda tidak akan
mendapatkannya dalam film ini. Anda hanya akan melihat ruang sidang dan ruang
tunggu sidang sepanjang film. Tidak ada latar tempat lainnya. Tidak ada rumah,
sungai, bahkan toilet pun tidak ditunjukkan. Mungkin mereka buang air di balik
meja persidangan. Di samping latar tempat yang hanya berkutat pada dua ruangan
tersebut, saya yakin Anda dapat tertarik dengan film ini.
Pertama, karena cerita yang digali dengan penuh
kedalaman. Perceraian mungkin biasa bagi banyak orang Indonesia dan sudah jamak
terjadi. Bercerai kini semudah membeli pulsa. Saya khawatir, di masa mendatang,
orang yang mengurus perceraian di Indonesia tidak datang ke pengadilan agama,
tapi ke konter HP. Dalam film ini, proses perceraian di Israel dijabarkan
dengan gamblang. Selain itu, perjuangan seorang perempuan Israel untuk mendapat
status janda juga sangat berat, sama beratnya dengan mengangkat upil yang
dikumpulkan selama satu abad. dan hal tersebut dipaparkan dengan indah
sepanjang 115 menit durasi film. Salah satu pemaparan yang paling indah menurut
saya adalah tatapan mata Elisha Amsalem ketika memandang istrinya dengan tatapan
mengancam. Akting Simon Abkarian sebagai
Elisha berhasil membuat saya kesal, sama kesalnya ketika saya selesai buang hajat
lalu menyiram hajat saya namun hajat saya tak segera masuk dan tersangkut di
lubang pembuangan.
Kedua, karena dengan karakter dengan sifat yang
berbeda-beda membuat film ini unik dan melekat di hati. Salah satu karakter
yang paling saya ingat adalah seorang istri bernama Dona Abecassis yang takut
dengan suaminya namun berusaha menyembunyikannya. Masih banyak karakter lain
yang akan membuat Anda mengikuti film ini hingga akhir.
Saya yakin, bagi para figur publik yang hobi kawin-cerai
pasti akan merasa sangat bersyukur setelah menonton film ini. Karena mereka
bisa bercerai semudah membeli pulsa. Sedangkan kaum perempuan di Israel masih
kesusahan mengurus perceraiannya sendiri. Sesusah menggadaikan pulsa untuk
membeli pulsa baru.
0 komentar:
Posting Komentar